tag:blogger.com,1999:blog-10286830189852264192024-02-20T00:22:21.218+07:00 Siti HumairahAdinda Noor Siti Humairahhttp://www.blogger.com/profile/02570755885273978176noreply@blogger.comBlogger8125tag:blogger.com,1999:blog-1028683018985226419.post-24120536938827572752015-10-01T00:22:00.002+07:002015-10-01T00:22:31.002+07:00salah fokus<div>
<b>percakapan antara mawar dan melati ditengah makan siang</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>mawar:</b> eh liat deh anaknya bule, lucu banget yah kaya boneka</div>
<div>
<b>melati:</b> iya ih anaknya lucu banget yah, jadi pengen nyubit bapaknya deh</div>
Adinda Noor Siti Humairahhttp://www.blogger.com/profile/02570755885273978176noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1028683018985226419.post-69080649316759468412015-05-21T16:39:00.000+07:002015-05-21T16:39:17.730+07:00wajah trek-trekanpercakapan ini terjadi antara mbak-mbak bercelana gemes dan salah satu teman lelakinya yang ditengarai "cobra"<div>
<br /></div>
<div>
<b>celana gemes 1: </b>eh gue kemaren dideketin sama mas-mas nih</div>
<div>
<b>celana gemes 2:</b> ih serius? ih gile hoki banget yah elo</div>
<div>
<b>mas cobra:</b> mana coba liat sini fotonya, ganteng ga?</div>
<div>
<b>celana gemes 1:</b> ganteng dong, mukanya mirip mandala krida gitu*</div>
<div>
<br /></div>
<div>
mendadak celana gemes 2 dan mas cobra semaput dan ayan akibat terlalu berpikir keras membayangan wajah lelaki tampan yang mirip stadion.</div>
<div>
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhd2AuFooVFKOf-gPZVxRt7lUbmdrdLrt9bAJzSRow6LRAknnJQ-b0UK0GwNUMfxA7hvr9H0BVj919L3UsyqqW9FioL-8h55rVIBW7Wp6BtMgxiYR5T8TznBZ8TcTZrwocTvwC8GiizJL4/s1600/download+%25281%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhd2AuFooVFKOf-gPZVxRt7lUbmdrdLrt9bAJzSRow6LRAknnJQ-b0UK0GwNUMfxA7hvr9H0BVj919L3UsyqqW9FioL-8h55rVIBW7Wp6BtMgxiYR5T8TznBZ8TcTZrwocTvwC8GiizJL4/s1600/download+%25281%2529.jpg" /></a></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
*mandala krida adalah salah satu nama stadion yang sering digunakan untuk trek-trekan, latihan nyetir dan pastinya berolahraga</div>
Adinda Noor Siti Humairahhttp://www.blogger.com/profile/02570755885273978176noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1028683018985226419.post-17646504866878501682015-05-11T23:00:00.000+07:002015-05-11T23:06:57.164+07:00tengsin<b><i>percakapan antara budi (bukan nama sebenarnya) yang sedang pedekate sama mawar (juga bukan nama sebenarnya)</i></b><br />
<div>
<br /></div>
<div>
<b>budi:</b> ih ini bagus banget foto-foto hasil jepretan kamu</div>
<div>
<b>mawar:</b> ah masa sih mas? biasa aja kayaknya</div>
<div>
<b>budi:</b> seriusan bagus, apalagi yang foto bapak-bapak</div>
<div>
<b>mawar:</b> hah? foto bapak-bapak yang mana mas?</div>
<div>
<b>budi:</b> yang ini loh *sambil nunjukin fotonya*</div>
<div>
<b>mawar:</b> mas itu bukan bapak-bapak tapi ibuku<br />
<b>budi:</b> *sambil salting karena tengsin* eh tapi foto yang ini juga bagus loh<br />
<b>mawar:</b> yang mana mas?<br />
<b>budi:</b> ini yang foto rumput<br />
<b>mawar:</b> mas itukan pohon salak, bukan rumput</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b><i>*kemudian budi menabrakkan dirinya ke jalan raya akibat tidak kuat menahan malu*</i></b></div>
Adinda Noor Siti Humairahhttp://www.blogger.com/profile/02570755885273978176noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1028683018985226419.post-47915695536278129382015-05-11T22:48:00.001+07:002015-05-11T22:48:08.445+07:00susahnya ngomong sama perempuan (2)<b><i>percakapan antara fulan dan fulanah di dalam mobil</i></b><br />
<br />
<b>fulanah:</b> jadi kita mau makan siang apa nih?<br />
<b>fulan:</b> hmm kamu mau makan apa?<br />
<b>fulanah:</b> aku mah apa aja mau<br />
<b>fulan:</b> gimana kalau kita makan mie ayam<br />
<b>fulanah:</b> yah jangan mie ayam, ga pengen mie<br />
<b>fulan:</b> ya apa atuh kalo gitu<br />
<b>fulanah:</b> yah apa aja aku mah terserah<br />
<b>fulan:</b> kalo gitu penyetan gimana<br />
<b>fulanah:</b> bosen aku makan penyetan, kalo ramen gimana? aku pengen yang anget-anget<br />
<b>fulan:</b> yaudah yuk ramen<br />
<b>fulanah:</b> eh ga jadi deh, ramen mahal<br />
<b>fulan:</b> ya jadinya mau makan apa ini?<br />
<b>fulanah:</b> apa aja deh aku ngikut<br />
<br />
<b><i>*lalu mereka berdua meninggal karena busung lapar*</i></b>Adinda Noor Siti Humairahhttp://www.blogger.com/profile/02570755885273978176noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1028683018985226419.post-10899984036380588752015-05-11T22:39:00.002+07:002015-05-11T22:51:49.962+07:00susahnya ngomong sama perempuan<div style="text-align: justify;">
<b><i>percakapan antara seorang lelaki dan perempuan</i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>perempuan:</b> eh menurut kamu bagusan foto yang A atau yang B?</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>lelaki:</b> menurut aku bagusan yang B</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>perempuan:</b> serius bagusan yang B?</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>lelaki:</b> hmm iya sih bagusan yang B menurutku</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>perempuan:</b> coba kamu liat lagi deh, bagusan A atau yang B?</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>lelaki:</b> bagusan yang B sih, lagian A sama B ga beda jauh</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>perempuan:</b> tapi yang A warnanya agak warm gitu, coba kamu liat lagi deh, bagusan A atau B?</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>lelaki:</b> susah yang ngomong sama cewe</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>perempuan:</b> *ngunyahfoto*</div>
Adinda Noor Siti Humairahhttp://www.blogger.com/profile/02570755885273978176noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1028683018985226419.post-12002773722791646312015-04-30T02:45:00.002+07:002015-05-03T10:54:15.547+07:00Filosofi Sebuah Hadiah<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Suatu hari, ada seorang ibu yang
berjanji kepada anaknya untuk menghadiahkan x-box apabila sangn anak meraih
peringkat pertama di sekolah. Singkat cerita sang anak memperoleh rangking
pertama dan dibelikanlah x-box tersebut. Karena keasyikan main, sang anak jadi
lupa waktu dan menyebabkan nilainya merosot. Akhirnya sang ibu menyita x-box
tersebut dengan pertimbangan supaya sang anak dapat belajar lagi dan memperoleh
peringkat yang bagus dikelas. Kemudian sang anak belajar dari kejadian itu dan
mengatur waktu agar tetap bisa bermain dan juga belajar. Sang ibu akhirnya
memberikan kembali x-box tersebut dikarenakan sang anak sudah dapat menggunakan
x-box tersebut dengan bijak.<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></i>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicnjCW6HN1gN0sQ6HfxJ1GAZdykAxymX7BYPPyZMR6kT_jb69GWShRv0RYcIMWtBjK-Iy_v-BR2Bg2BAwIHD0kDq0dAOcDp4apE-ksBlhnDAjOxo6-7TKffWlME1lLN1WV7ikd0eMKFFk/s1600/131562-finished_pebbled_glass_lidded_box+(1).jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicnjCW6HN1gN0sQ6HfxJ1GAZdykAxymX7BYPPyZMR6kT_jb69GWShRv0RYcIMWtBjK-Iy_v-BR2Bg2BAwIHD0kDq0dAOcDp4apE-ksBlhnDAjOxo6-7TKffWlME1lLN1WV7ikd0eMKFFk/s1600/131562-finished_pebbled_glass_lidded_box+(1).jpg" height="252" width="320" /></a></div>
<i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Cerita
pendek tadi merupakan analogi sederhana mengenai “hadiah” yang Allah berikan
selama di dunia. Seluruh nikmat yang kita rasakan adalah “‘hadiah” yang Allah
berikan untuk kita. Nikmat itu dapat berupa nikmat sehat, kekayaan, orangtua,
suami/istri, anak, dsb. Terkadang kita terlalu memegang erat “hadiah” tersebut
padahal “hadiah” tersebut dapat sewaktu-waktu diambil oleh pemilikNya. Pertanyaan
selanjutnya adalah <b><i>Kenapa Allah ngambil balik “hadiah”nya sih?</i></b> Allah mengambil
lagi “hadiah” tersebut dikarenakan berbagai alasan. Pertama, mungkin kita belum mengunakan “hadiah”
itu dengan bijak sehingga menurut pertimbangan
Allah kita belum layak diberikan ”hadiah” tersebut. Contoh: ketika kita
diberikan kekayaan lalu kita menjadi sombong dan seketika Allah mencabut nikmat
berupa harta tersebut karena kita belum dapat menggunakan harta tersebut dengan
bijak. Kedua, itu adalah semacam test case yang Allah berikan untuk menguji
seberapa kita tenggelam di dalam duniawi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Lalu
pertanyaan selanjutnya, <b><i>setelah diambil apakah “hadiah” itu akan
dikembalikan lagi?</i>.</b> Allah pasti
akan mengembalikan “hadiah” tersebut. Tapi entah hal yang sama atau bahkan
lebih baik dari yang sebelumnya. Contoh: Allah memberi musibah perceraian pada
sepasang suami istri. Setelah mereka bercerai, akhirnya sang suami dan sang
istri menikah lagi dengan seseorang yang lain. suami/istri kedua tersebut
adalah “hadiah” yang Allah berikan lagi setelah Allah mencabut "hadiah”
sebelumnya dan ternyata suami/istri kedua dari masing-masing suami istri
tersebut adalah yang terbaik menurut Allah.</span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Oleh
karena itu, <b>jangan kita simpan “hadiah”
tersebut didalam hati kita. Simpanlah didalam tangan kita karena sewaktu-waktu “hadiah”
tersebut bisa saja diambil oleh Allah</b>. “hadiah” yang disimpan di hati akan
menyebabkan kesedihan dan sakit hati yang berkepanjangan. Percayalah, Allah
akan mengganti “hadiah” tersebut dengan
hal sama atau dengan yang lebih baik menurutNya. Allah tidak pernah ingkar
janji.</span></div>
Adinda Noor Siti Humairahhttp://www.blogger.com/profile/02570755885273978176noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1028683018985226419.post-60671274622983974152015-01-10T02:26:00.000+07:002015-05-03T10:49:56.679+07:00Mencintai Sejantan Ali<div style="text-align: justify;">
Ini salah satu <i>love story</i> favorit aku. Bukan karena ceritanya super romantis penuh dengan <i>kembang lambe </i>mendayu-dayu. Tapi kisah cinta yang penuh dengan tanggung jawab dan pelajaran tentang bagaimana membingkai perasaan cinta pada seseorang. Cerita ini aku<i> share</i> supaya bisa menginspirasi para kawula muda sekalian yang <i>galau</i> masalah cinta. cerita ini diambil dari buku Ustadz Salim A. Fillah yang judulnya "Jalan Cinta Para Pejuang". Selamat membaca!<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1Ru1KkdkpUfYgo2mlRsuthDR7z3EF3-tuO4hWA3EgKumHnVl1p3HQjeAalx2C-otVSGZzTUZJhEa3XpwLW_SuHj00UTWc_lunGb4UPQTY74YnvIxGxhvMfsKSfrkQgQX98jPuMCJiGug/s1600/large.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1Ru1KkdkpUfYgo2mlRsuthDR7z3EF3-tuO4hWA3EgKumHnVl1p3HQjeAalx2C-otVSGZzTUZJhEa3XpwLW_SuHj00UTWc_lunGb4UPQTY74YnvIxGxhvMfsKSfrkQgQX98jPuMCJiGug/s1600/large.jpg" height="227" width="320" /></a></div>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada rahasia terdalam di hati Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya. Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya. Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya! Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka’bah. Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam. Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali. Mengagumkan!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta. Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu Anhu. ”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin Ali. Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakr. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakr lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakr menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah sementara Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya. Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berdakwah. Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakr; Utsman, Abdurrahman ibn Auf, Thalhah, Zubair, Said ibn Abi Waqqash, Mush’ab. Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti Ali. Lihatlah berapa banyak budak muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakr; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, Abdullah ibn Mas’ud. Dan siapa budak yang dibebaskan Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakr sang saudagar, insyaallah lebih bisa membahagiakan Fathimah. Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin. ”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam Ali. ”Aku mengutamakan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.”Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu. Lamaran Abu Bakr ditolak. Dan Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri. Ah, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh-musuh Allah bertekuk lutut. Umar ibn Al Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah. Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah Ali dan Abu Bakr. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu, Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, ”Aku datang bersama Abu Bakr dan Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan Umar..” Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana Umar melakukannya. Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam. Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi. Umar telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah. ”Wahai Quraisy”, katanya. ”Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang Umar di balik bukit ini!”. Umar adalah lelaki pemberani. Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. Umar jauh lebih layak. Dan Ali ridha.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan. Itulah keberanian. Atau mempersilakan. Yang ini pengorbanan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maka Ali bingung ketika kabar itu meruyak. Lamaran Umar juga ditolak. Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Yang seperti Utsman sang miliarder kah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah? Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi’ kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah? Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri. Di antara Muhajirin hanya Abdurrahman ibn Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Said ibn Mu’adz kah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Said ibn Ubadah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan. ”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi..”. ”Aku?”, tanyanya tak yakin. ”Ya. Engkau wahai saudaraku!” ”Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?”. ”Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang. ”Engkau pemuda sejati wahai Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggungjawab atas rasa cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan-pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lamarannya berjawab, ”Ahlan wa sahlan!”. Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi. Dan ia pun bingung. Apa maksudnya? Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi ia siap ditolak. Itu resiko. Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
”Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?” tanya teman-teman Ali. ”Entahlah..” Ali menjawab. ”Apa maksudmu?” tanya teman-teman Ali kebingungan. ”Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!” jawab Ali dengan sangat kebingungan. ”Dasar tolol! Tolol!”, kata teman-teman Ali., ”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya!”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, Umar, dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang. Bukan janji-janji dan nanti-nanti. Ali adalah gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel, Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Inilah jalan cinta para pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggungjawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti Ali. Ia mempersilakan atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi, dalam suatu riwayat dikisahkan</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
bahwa suatu hari (setelah mereka menikah) Fathimah berkata kepada Ali, “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda”. Ali terkejut dan berkata, “kalau begitu mengapa engkau mau manikah denganku? dan Siapakah pemuda itu”. Sambil tersenyum Fathimah berkata, “Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bahkan dikisahkan bahwa setanpun tidak mengetahu perasaan Fatimah pada Ali.</div>
Adinda Noor Siti Humairahhttp://www.blogger.com/profile/02570755885273978176noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1028683018985226419.post-26143880537880282992014-11-12T23:34:00.001+07:002015-04-22T14:17:30.818+07:00sekapur sirih<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Ini
tulisan perdana di blog pertama aku. Sebenarnya sih udah dari bertahun – tahun
lalu salah satu temenku nyuruh bikin blog supaya bisa ngeluarin keluh-kesah. Cuma
waktu itu aku mikir, urusan pribadi kenapa harus dibagi kekhalayak umum?
Apalagi kalau isinya cuman galau dan <i>gloomy
– gloomy</i> tak menentu. Sampai akhirnya aku mikir, “kenapa enggak aku ngeblog
buat berbagi sesuatu hal yang positif dengan orang-orang? mungkin aja bisa
bermanfaat”. Dengan segala keberanian dan kemampuan menulis yang pas-pasan aku
mulai nulis diblog ini. Jadi harap maklum seandainya bahasanya agak aneh atau
susah dimengerti karena pola kalimatnya yang kacau, karena nulis bukan salah
satu keahlian aku. Blog ini bukan aku buat sebagai ajang pamer, ajang
pencitraan, atau apapun itu. Blog ini benar-benar dibuat untuk berbagi ilmu dan
hal positif lainnya yang barangkali bisa bermanfaat bagi teman - teman. Silahkan
diambil hal positifnya dan dibuang hal negatifnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Selamat membaca, Semoga bermanfaat</span></div>
Adinda Noor Siti Humairahhttp://www.blogger.com/profile/02570755885273978176noreply@blogger.com0